Kita sering menemukan orang yang kerja sebagai pesuruh seumur hidup. Tukang cuci piring, terus mencuci piring sampai tua. Pelayan terus jadi pelayan sampai tua. Salahkah? Tidak. Setidaknya orang-orang ini punya dedikasi dan komitmen untuk bekerja, sehingga ia sanggup bekerja secara konsisten dalam waktu yang lama.
Tapi bagi saya itu tidak cukup. Saya ingin setiap orang tumbuh. Ia bekerja, mendapat keterampilan baru dari pekerjaannya. Tapi ia juga sebaiknya berpikir, soal bagaimana sistem yang ia jalankan itu bekerja. Kelak ia bisa membangun sistem yang sama, atau sistem yang lain.
Secara perlahan Irwan saya ajari masak. Anak ini sebelumnya tidak pernah masak. Seperti anak laki-laki pada umumnya, di rumah ia terbiasa menerima makanan. Kini ia dalam posisi memproduksi masakan. Dalam jumlah besar pula. Sejauh ini yang baru ia pelajari memang sebatas bumbu apa yang dimasukkan untuk masakan tertentu, kapan saat memasukkannya. Meski tampaknya sederhana, hal penting di situ. Ia belajar proses. Ia belajar disiplin. Dalam dunia industri, itu yang disebut standar. Kalau standar itu dilanggar, tidak akan dihasilkan produk yang baik.
Itulah poin pentingnya. Masak itu tidak sulit. Dari pengalaman 5 kali seseorang melakukan pekerjaan, dia sudah bisa meniru. Syaratnya, berdisiplin mengikuti standar. Selebihnya, soal keberanian untuk mencoba, berkreasi.
Tapi masak saja baru sebuah keterampilan sederhana. Dengan keterampilan itu seseorang hanya akan jadi tukang masak. Saya berharap Irwan tidak hanya jadi tukang masak. Karena itu ia harus belajar bagaimana mengubah masakan jadi uang.
Ini yang nampaknya tidak banyak diajarkan kepada orang-orang yang bekerja di industri kecil. Mereka hanya diajarkan keterampilan untuk bekerja. Saya ingin mengajari orang soal bagaimana mengubah keterampilan yang ia miliki menjadi uang. Untuk melakukannya diperlukan keterampilan-keterampilan lain yang lebih rumit.
Irwan sedang berproses, ia sedang belajar. Tentu saja ini butuh waktu lama. Modal utama yang saya lihat padanya adalah adanya kemauan. Ia juga punya komitmen. Selanjutnya ia akan mengasah kreativitas.
Sumber : Kang Hasan