Ada hal penting yang harus dipahami sebelum dan selama Anda mengelola bisnis, yaitu soal bagaimana laba diperoleh. Mari kita fokus pada contoh bisnis manufaktur, yaitu membuat barang untuk dijual dan memperoleh laba.
Bisnis adalah siklus perputaran uang. Uang di tangan Anda, bisa dianggap sebagai modal usaha atau modal kerja. Misalnya Anda punya uang 3 juta. Dengan uang itu Anda membeli barang, misalnya 20 kg udang, seharga 2 juta rupiah. Anda juga membeli bumbu, senilai 200.000, gas 20 ribu. Anda mengupah orang untuk memasak udang balado dengan bayaran 200.000. Ditambah biaya untuk kemasan, total belanja Anda adalah 2,5 juta.
Udang tadi dimasak, jadi udang balado, yang Anda jual 200 ribu per kg. Anda mendapat hasil penjualan sebesar 4 juta. Ada selisih sebesar 1,5 juta. Kita bisa menyebutnya laba. Nah, di sini ada titik yang sangat kritis. Anda baru bisa dikatakan memperoleh laba 1,5 juta itu kalau semua udang balado yang Anda buat tadi laku terjual, dan (ini tidak boleh lupa) pembeli sudah membayar.
Anda bisa membayangkan uang 3 juta tadi Anda lepas untuk mengelilingi sebuah lingkaran besar, kemudian ia kembali lagi, membawa tambahan teman, yang kita sebut laba. Sekali ia berputar, misalnya ia 1,5 juta. 2 kali berputar, ia menghasilkan 3 juta. Makin sering ia berputar, makin banyak laba yang dibawa.
Itu keadaan menyenangkan. Kenyataannya, sering kali uang yang kita lepas tadi tidak kembali membawa laba, atau tidak kembali sama sekali. Misalnya, udang balado yang Anda buat tadi tidak laku sama sekali, maka uang 2,5 juta yang Anda lepas, tidak kembali. Atau, hanya laku separuhnya, uang itu hanya kembali 2 juta, yang artinya Anda kehilangan 500 ribu
Bisnis adalah soal bagaimana memutar uang, dengan membawa laba yang banyak, dan berputar dengan siklus yang cepat.
Apa yang membuat uang kita berhenti berputar?
1. Produk tidak laku.
2. Konsumen tidak membayar.
Karena itu “marketing” itu kunci. Di tulisan sebelumnya saya ingatkan, jangan memulai bisnis sampai Anda tahu bagaimana menjual produk. Lalu, jangan lupa, Anda baru bisa disebut berbisnis sampai uang penjualan produk masuk ke tangan Anda.
Logika dasar bisnis adalah, mengeluarkan uang sekecil-kecilnya, untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Karena itu bisnis adalah soal mengeluarkan usaha cerdas di setiap lini.
4 Syarat utama dalam memulai Bisnis
Mendapat bahan baku dengan murah.
Cermat memilih bahan baku yang cocok, tanpa mengorbankan mutu. Terhubung dengan jaringan pemasok yang bisa memberi harga yang bagus.
Memproduksi barang dengan biaya rendah.
Proses cepat, tidak memerlukan banyak tenaga kerja dan energi. Tidak memakai mesin mahal. Tidak banyak produk reject.
Barang laku dengan cepat.
Tidak diproduksi, kemudian menumpuk tak terjual. Kuncinya, cermat memperkirakan berapa kebutuhan pasar. Prinsip yang dijalankan Toyota adalah buat barang hanya sebanyak yang diminta pelanggan. Beli bahan baku hanya sebanyak yang diperlukan untuk membuat barang sebanyak yang diminta pelanggan.
Uang kembali dengan cepat.
Bisnis B to C relatif lebih cepat perputaran uangnya ketimbang B to B. B to B biasanya menetapkan syarat pembayaran, yaitu adanya waktu tunggu 1-2 bulan setelah barang diterima pelanggan. B to C biasanya langsung menerima pembayaran.
Bisnis terbaik adalah yang margin labanya tinggi, perputarannya cepat. Tapi sering kita berhadapan dengan pilihan, margin kecil perputaran cepat, atau margin besar perputaran lambat. Yang ngenes, margin kecil, perputaran lambat.
Dengan pemahaman soal perputaran ini Anda harus menjalankan bisnis. Dengan pemahaman itu Anda bisa mempertimbangkan, perlukah sewa tempat, beli mesin, merekrut orang untuk dibayar tetap, beriklan, dan sebagainya. Perhatikan bahwa semua itu tidak berputar membawa laba kembali. Itu semua uang mati, alias overhead, yang harus Anda bayar baik produk Anda laku atau tidak. Banyak usaha kecil bangkrut dengan segera karena gagal menghitung beban overhead ini.
Tips untuk pemula, mulailah dari bisnis yang modalnya kecil, tidak memerlukan mesin yang mahal, kerjakan sendiri, pilih produk yang cepat laku, jangan produksi banyak, dan jangan lupa, jangan kasih gratis atau memberi utang, meskipun kepada teman atau saudara.
Sumber kang Hasan