Seperti saya tulis sebelumnya, pemasaran adalah kunci bisnis. Kita baru bisa punya bisnis kalau produk kita laku. Bagaimana membuat produk kita laku? Ini adalah pertanyaan besar yang jawabannya sederhana. Pemasaran sudah menjadi suatu disiplin ilmu. Jawaban atas pertanyaan itu arus kita cari dengan belajar ilmu pemasaran. Tak mungkin berbisnis tanpa ilmu itu.
Saya menyarankan pelaku usaha kecil untuk belajar berbagai aspek pemasaran. Selalu saya ulang-ulang, bahwa berbisnis adalah belajar. Jangan berpikir bahwa bisnis Anda akan berkembang kalau Anda tidak belajar. Pebisnis tangguh pada umumnya adalah orang-orang yang tekun dan cerdik dalam belajar.
Strategi pemasaran sangat variatif, tergantung pada produk, jaringan, lingkungan, dana, jalur distribusi, dan sebagainya. Karena itu tak ada satu rumus tunggal untuk pemasaran. Strategi orang juga belum tentu cocok untuk rencana bisnis kita.
Inti kegiatan pemasaran adalah membuat orang lain, calon pembeli kita, tahu bahwa kita punya produk. Ini titik paling dasar. Kalau orang tidak tahu, mustahil mereka membeli. Sudah tahu pun belum tentu membeli. Maka pemberitahuan soal produk kita harus disertai “rayuan” yang mendorong orang membeli produk kita.
Apa yang membuat orang tertarik untuk membeli? Ini lagi-lagi soal besar.
Dalam ilmu pemasaran ada istilah 4P, yaitu
- Product,
- Price,
- Place,
- Promotion.
Orang membeli, sekali lagi, setelah tahu ada suatu produk. Tidak hanya tahu, tapi juga tertarik. Apa yang membuat orang tertarik? Bah, ini luas sekali bahasannya. Nanti akan kita bahas secara lebih detil. Tapi secara sederhana, pemasaran dimulai dengan memikirkan apa yang dibutuhkan orang, dan belum tersedia, atau belum banyak tersedia. Di situ Anda harus mengembangkan produk, istilah kerennya product development.
Kebanyakan usaha kecil sebenarnya jarang membuat produk yang benar-benar baru. Umumnya mereka membuat produk yang sudah ada, biasa ditemukan di pasar. Kunci pentingnya adalah bagaimana membuat produk jadi berbeda dari yang sudah ada, bermutu baik, tampak menarik dengan kemasan yang bagus.
Soal kedua adalah harga. Orang membeli produk kalau dia anggap produk dengan harga tertentu itu layak. Kita harus meraba untuk mencari tahu, berapa harga layak bagi calon pelanggan kita. Pola pikir umum yang dianut orang adalah kalau murah akan laku. Sebenarnya itu salah. Konsepnya adalah patut. Kalau murah, ada orang yang enggan membeli produk murah.
Anda harus menetapkan harga, dengan mempertimbangkan berapa biaya produksi dan lain-lain, yang diperlukan untuk membuat produk Anda sampai ke tangan pelanggan. Di atas biaya-biaya itu Anda tambahkan laba. Tentu saja Anda tak bisa sesukanya menetapkan harga hanya atas dasar pertimbangan itu. Anda harus memperhatikan harga produk sejenis. Kalau harga Anda terlalu tinggi, maka Anda harus bekerja keras untuk menekan ongkos produksi.
Soal ketiga adalah tempat. Kalau Anda berjualan di tempat yang ramai, potensi pasar Anda otomatis besar. Tapi itu bukan tanpa ongkos. Tempat ramai umumnya mahal pula sewanya. Di situ ada pertaruhan risiko, Anda mau bayar berapa untuk harga tempat, apakah sebanding dengan potensi pembeli yang akan Anda dapat.
Dalam dunia digital sekarang makna tempat sudah bergeser cukup significant. Dengan penjualan online tempat dalam pengertian fisik sudah tak lagi sangat relevan. Anda tak perlu berada di tempat strategis, cukup berada di market place dan kerumunan media sosial yang tepat. Pengaruhnya tinggal pada soal ongkos kirim saja.
Terakhir, promosi. Promosi berfungsi untuk memberi tahu, sekaligus merayu. Caranya sangat variatif. Yang paling ramai saat ini adalah promosi melalui media sosial: Facebook, IG, Whatsapp, Tiktok, dan lain-lain. Detil soal pemasaran melalui media sosial akan dibahas nanti.
Sumber : Kang Hasan