mazmur Seorang yang Inovatif, Terampil dan Percaya Diri. Tertarik dengan Dunia Internet Marketing, Menerima Jasa pembuatan website Tangerang Selatan, Tangerang Kota dan Sekitarnya

Bahagia tanpa Syarat dimulai dari Cara Berpikir

2 min read

Bahagia tanpa syarat

Bahagia itu keadaan dalam perasaan kita. Ia sangat dipengaruhi oleh cara berpikir kita. Orang bisa bahagia atau tidak bahagia, karena cara berpikirnya.

Kalau Anda menetapkan syarat untuk bahagia, Anda sebenarnya sedang mempersulit diri untuk bahagia. Seseorang mengatakan,”Saya akan bahagia kalau saya menikah.” Sebelum itu menikah, ia belum mendapatkan kebahagiaan itu. Celakanya, setelah menikah ia juga tidak bahagia. Ada begitu banyak orang yang tidak bahagia dengan pernikahannya, bukan?

Sama halnya dengan syarat lain, seperti kekayaan, popularitas, dan sebagainya. Banyak orang mengejarnya, mengira akan bahagia kalau mendapatkannya. Tapi ia justru menjadi tidak bahagia setelah sampai di sana.

Itu namanya menetapkan syarat untuk bahagia, mempersulit diri untuk bahagia. Padahal bahagia itu tanpa syarat. Cukup merasa bahagia saja. Sulit? Boleh jadi, karena Anda terbiasa dengan kebahagiaan yang bersyarat.

Masa ia sih, bisa bahagia tanpa syarat? Kalau begitu, coba sebutkan apa syarat untuk bahagia? Kaya? Menikah? Tenar? Punya anak? Dekat dengan orang tua? Bersama kekasih? Banyak orang bahagia karena itu, tapi banyak pula yang justru tidak bahagia karena itu semua. Artinya, bukan hal-hal itu yang membuat mereka bahagia. Hal-hal itu hanya menggerakkan pemicu kebahagiaan dalam diri mereka.

Jadi, yang Anda perlukan adalah pemicu kebahagiaan, bukan? Siapa yang menentukan pemicu itu? Anda sendiri! Semakin rumit bentuk pemicu yang Anda tetapkan, semakin sulit Anda untuk merasa bahagia.

Ada orang yang menetapkan syarat bahagia adalah kalau pasangannya melakukan A, B, C, D, dan E, untuknya. Banyak bukan? Ketika pasangannya hanya sanggup melakukan A, B, C, dan D saja, ia tidak bahagia, karena yang E tidak dilaksanakan. Fokus dia ada pada hal yang tidak terlaksana. Padahal, kalau ia fokus pada A, B, C, dan D, ia sudah punya cukup banyak alasan untuk bahagia. Ia bisa bahagia dengan A saja, atau bahkan tanpa salah satu dari kelimanya.

Lihatlah betapa rumit pemicu kebahagiaan yang biasa ditetapkan orang. Padahal pemicu itu tidak perlu. Pemicu sejatinya ada dalam pikiran kita.

Jadi, bagaimana cara untuk bahagia? Bahagia itu state of mind, keadaan pikiran kita. Untuk bahagia kita hanya tinggal mengatur pikiran kita.

Salah satu cara untuk mengaturnya adalah dengan penerimaan. Nrimo, kata orang Jawa. Kalau makan sesuatu, saya jarang menambahkan bumbu tambahan misalnya saus sambal atau sejenisnya. Bagi saya, makanan terlezat itu adalah yang diracikkan oleh pembuatnya. Pizza pada dasarnya adalah makanan yang memang tidak pedas. Saya menikmati pizza apa adanya, tidak perlu menjadikannya pedas untuk merasakan kelezatannya. Ada orang yang baru merasakan nikmat makan kalau pedas. Ia akan kesulitan makan saat yang pedas tidak tersedia.

Cara lain adalah dengan menemukan kebahagiaan pada hal-hal yang ada, bukan mencarinya pada hal-hal yang tidak ada. Saat bersama keluarga, saya menikmati kebahagiaan. Namun ada saatnya saya harus sendiri. Saat saya sendiri, saya tidak mencari kebahagiaan yang biasa saya dapat saat bersama keluarga. Saya mencari kebahagiaan dalam kesendirian. Kalau saya hanya bisa bahagia saat bersama keluarga, maka kesendirian akan sangat menyiksa saya.

Abaikan hal-hal yang mengganggu kebahagiaan kita. Uniknya, tubuh kita punya mekanisme pengabaian yang hebat, kalau kita mau memakainya. Dulu kalau pulang kampung saya naik kapal yang suaranya memekakkan telinga. Bising sekali. Saat pertama naik kapal, saya merasa sangat terganggu. Tapi setelah berlangsung 10 menit, bunyi yang memekakkan itu seakan tidak ada.

Demikianlah yang harus kita lakukan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan. Apakah kita menjadi orang yang apatis? Tidak. Poinnya adalah bertindak terhadap hal-hal yang bisa kita ubah atau kita pengaruhi. Kalau ada hal-hal yang tidak menyenangkan, dan kita bisa mengubahnya, maka kita harus mengubahnya. Keberhasilan mengubah itu adalah sumber kebahagiaan. Namun kalau kita tidak bisa, apa boleh buat, kita harus menjauhkannya dari pikiran kita.

Perhatikan bahwa keempat langkah yang saya sebutkan tadi adalah hal-hal yang terkait dengan pikiran. Artinya, kebahagiaan itu ditentukan oleh cara berpikir. Anda bisa menetapkan dalam pikiran Anda bahwa Anda bahagia tanpa syarat.

Sumber : Kang Hasan

mazmur Seorang yang Inovatif, Terampil dan Percaya Diri. Tertarik dengan Dunia Internet Marketing, Menerima Jasa pembuatan website Tangerang Selatan, Tangerang Kota dan Sekitarnya
Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan lupa untuk share artikel kami